Monday, March 9, 2015

Di Samping Bandara


Kemarin Jumat, sepulang dari monitoring ke warga, saya dan beberapa teman berkunjung ke rumah salah satu pegawai kantor. Rumahnya di Sorogenen, masuk Kecamatan Kalasan, Sleman. Tujuan kami hanya satu, yaitu memancing.
Ternyata mencari rumah teman tsb cukup sulit, bukan karena jauh mblusukkan tapi karena untuk menujunya, kami harus mencari gang kampung kecil yang ada di pinggir jalan Solo.
Yap, jalan masuk ke kampung tsb memang di jalan Solo, tapi gang-nya sungguh tak terlihat jika tidak benar-benar dicari. Petunjuk terpenting mencarinya adalah plang salah satu bank ber-plat merah.
Gang masuk ke kampung Sorogenen hanyalah sebuah gang kecil yg hanya cukup dilewati 1 mobil, bahkan jika berpapasan dengan sepeda motorpun, maka salah satu harus mengalah.
Rumah-rumah yg kami temui pun, bukan perumahan elit, hanya kampung biasa. Kami memakirkan mobil disalah satu halaman rumah penduduk, setelah meminta ijin.
Pandangan pertama saya jatuh pada rel kereta api dan bandara Adi Sucipto. Wow, saya tidak pernah sedekat ini melihat pesawat take off melintasi kepala saya, dan disaat bersamaan, kereta api melintas di depan saya. Dan posisi saya tidak di bandara, tapi di luar kawasan bandara.
Menyusuri rel kereta api, kami menemukan blumbang (kolam ikan) milik salah satu teman kantor. Kolam ikannya cukup luas, sekitar 1000 meter. Ini tempat yang kami cari.
Teman kantor saya ini memang memiliki usaha di perikanan, dia memasok ikan, bahkan hingga keluar kota, ke banyak restoran. Tentunya di lahan seluas itu, dia "mempekerjakan" banyak anjing untuk menjaga kolam ikannya.
Tapi, bukan luas kolam ikan yg menakjubkan saya, tapi lokasi lahannya. Bayangkan, saya bisa memancing ikan di tempat yg jauh dari keramaian manusia, menikmati langit, sesekali melihat pesawat yang terbang atau mendarat, sambil merasakan getaran tanah saat kereta api melintas. Tidakkah itu suasana yg kontras tapi sekaligus menakjubkan? 
Lalu bagian mana yg membuat saya merasa pengalaman kemarin termasuk hal yg berkesan untuk saya?
Ini karena pengalaman saya selama ini hanya berada di dalam bandara naik pesawat atau di dalam kereta. 
Saat naik pesawat, entah itu terbang ke kota lain atau pulang ke Jogja, dan kemudian melihat rumah-rumah yang ada di sekitar bandara, saya selalu berpikir, "Bagaimana bisa mereka nyaman tinggal di dekat bandara? Bagaimana dengan tingkat kebisingannya? Bagaimana jika ada sesuatu yg buruk, seperti pesawat gagal landing dan menabrak rumah mereka?" 
Atau saat saya naik kereta api, saya berpikir, "Bagaimana bisa mereka tinggal di dekat rel kereta api? Tidakkah memiliki rumah yg dekat dengan rel kereta akan terkena imbas kebisingan dan rasa khawatir jika anak-anak mereka yg masih kecil tertabrak saat kereta api melintas?".
Pikiran-pikiran saya dipenuhi dengan pertanyaan, "bagaimana bisa?"
Pengalaman memancing kemarin membuat saya menata ulang sudut pemahaman saya. Ternyata tinggal di dekat bandara tidak terlalu buruk, dan ternyata tinggal di dekat rel kereta api juga tidak jelek. Ternyata, menyenangkan juga! 
Tapi, barangkali yang harus digarisbawahi adalah teman kantor saya tidak benar-benar tinggal di dekat rel kereta api. Beliau memiliki kolam ikan luas, yang tepatnya, berlokasi di samping rel kereta api dan di samping bandara.
Pemandangan dari kolam ikannya itu yang menurut saya, jauh lebih mahal dari harga ikannya tsb.
Sejak hari itu, saya mulai berpikir, punya tanah luas dan dijadikan kolam ikan sepertinya menyenangkan. 
Kalau sudah begini, pertanyaannya hanya satu: "kira-kira saya harus kerja berapa puluh tahun lagi, agar bisa punya duit untuk beli tanah seluas itu?"
Happy Life!


Monday, September 15, 2014

Confession About My Money; Rahmat Tri Hariadi

Rahmat Tri Hariadi. Foto selfie, entah di ambil di mana.

Ini dia “September Winner” kita, namanya Rahmat. Dari pertama kenal, kami biasanya manggil Memet, jarang banget manggil Rahmat. Sama dengan Dokter Pink, Rahmat ini teman satu angkatan prajab. Meski tidak pernah satu kantor, biasanya kami kumpul buat acara ngopi-ngopi dan mencoba kuliner baru. Eh itu dulu dink ;-)

Rahmat lahir di Sleman, pada tanggal 3 Juli. Cowok Cancer ini lahir, besar dan menghabiskan seluruh hidupnya di Yogyakarta. Rahmat merupakan alumni SMA 6 Yogyakarta, lalu melanjutkan studinya ke S1 Akuntansi UII Yogyakarta.

Berikut hasil obrolan singkat saya dengan Rahmat.

Masih ingat tidak penghasilan pertamamu dan uangnya dipakai untuk apa?

Sekitar tahun 2009, waktu itu kalau tidak salah gaji awal baru sebesar Rp 1,7 juta. Uangnya ditabung. Tapi kalau rapelan gajinya untuk beli handphone baru.

Dari seluruh penghasilanmu, berapa prosen untuk investasi?

Waktu awal kerja tanpa investasi. Setelah itu, 50% di simpan untuk tabungan. Kalau sekarang sih 20% pasti disimpan untuk investasi.

Investasi pertama untuk apa, met?

Beli tanah. Tapi belinya tidak murni dari gajiku sih, ada banyak subsidi dari yang lain.

Kalau untuk kebutuhan sehari-hari, pengeluaran paling besar untuk apa?

Untuk bensin dan makan. Untuk bensin tiap bulan aku harus menyediakan Rp 400 ribu.

Apakah sampai menghabiskan 50% dari penghasilanmu, met?

Kalau untuk kondisi keuanganku saat ini, iya! Sampai menghabiskan 50% dari penghasilanku. Uangku habis lebih banyak untuk ganti handphone, jajan, dan uang gahul.

Aku masih punya tanggungan kredit juga. Jadi sekarang hidup tiap bulan pake uang honor. Kalau honor tidak keluar, wah bisa koma aku ;-)

Tapi masih bisa investasi kan?

Kalau dulu, uang aku depositokan, tapi sekarang ya cuma ikut arisan emas ini ajah. Tabungan dan deposito sudah habis buat beli rumah, dengan subsidi juga.

Kalau begitu, semua investasimu dalam bentuk tanah dan rumah ya?

Iya. Tapi tanahnya itu investasi sebagai dana untuk beli rumah.

Maksudmu tanahnya mau dijual juga?

Iya dijual. Tanah untuk investasi, misal saja tanahnya terjual 2x dari harga beli, kan uangnya bisa untuk beli rumah yang luasnya 100-an meter persegi saja.

Kamu ikut investasi yang lain tidak, misal ikut asuransi, unitlink atau yang lain?

Tidak ikut.

Bagaimana sih pengetahuanmu tentang invetasi?

Kalau pengetahuan investasi didefinisikan tentang reksadana atau tabungan dollar, pengetahuanku minim. Aku lebih suka investasi praktis semacam tanah, rumah, ruko atau emas. Memang lama, tapi sekali cocok bisa beberapa kali lipat hasilnya.

Punya tidak hobby yang paling banyak menghabiskan tabungan? Untuk hobby ini, bisa menghabiskan berapa prosen dari tabunganmu?

Ada. Ganti gadget. Tidak pernah pakai prosentase, minimal aku sisakan Rp 5 juta di tabungan.

Kenapa ikut arisan emas? Emasnya untuk keperluan apa?

Aku mengikuti saranmu, kalau ada uang menganggur untuk investasi emas. Mungkin emasnya akan kujual untuk ganti handphone baru yang aku inginkan.

Obsesi Rahmat ke depan apa?

Ingin buka bisnis sampingan, café atau tempat makan, untuk memperkecil ketergantungan financial terhadap gaji. Ya, didoakan saja diberikan yang terbaik oleh Tuhan. Amiin.

*Rahmat Tri Hariadi. September 2014. Pemenang ke-6 Arisan Emas Antam. Pemilik resmi akun twitter @lancemaksi dan path @lancemaksi. Selamat Berkenalan ;-)

Monday, September 1, 2014

Investasikan 100 ribu-mu!



Foto diambil di sini.

Apakah Anda telah bersiap menyusun Dana Pensiun secara mandiri? Jika jawabannya “iya”, mari kita saling berbagi pengalaman. Let’s go! ;-)

Tahukah Anda, beberapa bank dan manajer investasi telah menawarkan kemudahan bagi nasabah untuk berinvestasi bulanan. Jumlah bulanannya tidak perlu besar, dimulai dari Rp 100 ribu!

Di Commonwealth Bank, jumlah dana yang didebet disesuaikan dengan kebutuhan nasabah ketika membeli reksadana pilihannya. Bisa mulai dari Rp 100 ribu per bulan melalui layanan Autoinvest.

Cara memiliki layanan ini juga tergolong mudah, nasabah cukup memiliki rekening tabungan, misalnya TBH dan rekening investasi di Commonwealth Bank. Jika kedua rekening itu sudah ada, nasabah tinggal mengisi formulir dan mengaktifkan layanan tersebut.

Jika Anda tiba-tiba memiliki bonus tambahan dan ingin menambah uang investasi, Commonwealth Bank juga menyediakan pembelian reksadana via online, kita tinggal klik, maka reksadana sudah terbeli.

Bank Mandiri, menyediakan fasilitas installment plan reksadana bagi investor yang ingin menggunakan strategi investasi  yang sesuai dengan segala kondisi perekonomian, yaitu berinvestasi dengan cara Dollar Cost Averaging (DCA). DCA adalah kita berinvestasi secara rutin atau berkala dalam jangka panjang untuk mendapatkan cost rata-rata yang lebih baik.

Bank Negara Indonesia menyediakan fasilitas Simponi bagi nasabahnya yang ingin memiliki Dana Pensiun dengan cara Autodebet. Uang yang dipotong tiap bulan untuk investasi hanya Rp 100 ribu!

Bank Rakyat Indonesia memiliki fasilitas Dana Pensiun dengan nama DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan). Dana kita yang terkumpul dalam DPLK diinvestasikan dalam reksadana yang bisa kita pilih sendiri, apakah Reksadana Pasar Uang, Reksadana Pendapatan Tetap, Reksadana Campuran, atau Reksadana Saham. Jangka waktunya pun bisa kita pilih sendiri, misal hingga usia kita 55 tahun. Besar Investasi tiap bulan bisa kita tentukan sendiri, bahkan jika rekening Anda tidak memiliki dana, Anda tidak akan terkena pinalti!

Danareksa Investment Management, anak perusahaan PT Danareksa memiliki program Investasiku Masa Depanku (IMD). IMD adalah program investasi secara regular di instrument reksadana yang dipotong langsung dari gaji bulanan. Melalui layanan ini Anda diajak berdisiplin investasi untuk mencapai tujuan keuangan masa depan yang ditetapkan, misalnya menghimpun dana pensiun tambahan.

Program IMD bisa dilakukan secara kolektif di suatu perusahaan. Gaji pegawai akan dipotong secara rutin dengan system payroll perusahaan dan diinvestasikan pada reksadana yang dipilih. Besarnya potongan bisa ditentukann sendiri oleh pegawai.

Ada beberapa hal yang harus Anda ingat dalam membuat Dana Pensiun:
  1. Bank/ Sekuritas tempat Anda menyimpan Dana Pensiun, harus memiliki banyak cabang, sehingga saat Anda tua, dimanapun Anda berada, Anda bisa mencairkan uang Anda di mana saja.
  2. Perhatikan biaya tambahan setiap bulan terkait Dana Pensiun. Anda tidak mau kan keuntungan Anda berkurang karena biaya yang sejubel.
  3. Investasikan Dana Pensiun Anda di Bank/ Sekuritas yang Anda sudah tahu sendiri kualitas pelayanannya, bukan investasi karena tawaran teman.
Namanya juga Dana Pensiun, ini adalah dana yang akan Anda cairkan jika Anda sudah pensiun. Sebaiknya, jangan dicairkan sebelum jatuh tempo. Karena tentu saja, hasilnya akan berbeda dengan jumlah uang yang sudah ada dalam rencana keuangan Anda. Anda harus belajar fokus pada tujuan awal.

Resep sukses investasi adalah start small but start now! Ingatlah, bahwa kata kunci Investasi adalah jangka waktu. Semakin Anda muda, semakin baik. Ini disebut Keajaiban masa muda ;-)

Happy Investing!

Monday, August 18, 2014

Habiskan Uangmu!



Foto di ambil disini

Pernahkah kalian berpikir bahwa meski sudah bekerja keras, uang kalian tiap bulan tetap habis dan tak sedikitpun tersisa di tabungan? Kalau jawaban kalian “iya”, maka kalian mengalami nasib yang sama dengan saya! ;-)

Saya termasuk dalam jenis manusia yang tidak bisa menabung. Berapapun uang yang bisa saya habiskan dalam bulan tertentu, ya saya habiskan juga di bulan tersebut.

Setahun setelah saya menjadi pegawai kantoran, saya mulai berpikir “uang saya itu kemana saja ya, kok seperti angin, tak satupun yang bisa tergenggam”. Padahal, teman-teman seumuran saya sudah mulai bisa mencicil mobil atau sekedar kontrak rumah. Tapi hidup saya, kok ga ada perubahan ya? ;-(

Hingga suatu hari, saya berpikir, bahwa saya harus melakukan perubahan dalam hidup saya. Saya mulai belajar tentang Dunia Investasi.

Waktu itu, saya sudah berpikir membeli reksadana, hanya saja, karena pengetahuan yang kurang, saya tidak berani mencoba. Pilihan saya waktu itu jatuh pada Dana Pensiun. Meski pengetahuan saya kurang, satu-satunya kelebihan saya adalah saya berani mencoba! ;-)

Tentu, dulu saya ditertawakan oleh banyak orang, karena sudah disediakan Dana Pensiun di kantor, tapi kok tetap pingin punya Dana Pensiun pribadi.

Saya memulai Dana Pensiun dengan pembukaan awal Rp 100 ribu pada Reksadana Pendapatan Tetap. Setelah itu, dari rekening saya tiap bulan dipotong Rp 100 ribu. Pada tahun kedua, saya menambah lagi membuka Dana Pensiun pada Reksadana Pasar Uang sebesar Rp 200 ribu. Itu saya lakukan, karena menurut beberapa buku financial yang saya baca, setoran Dana Pensiun itu tiap bulan minimal 10% dari penghasilan kita.

Setelah belajar tentang Reksadana, ternyata saya baru tahu bahwa return dari Reksadana Pasar Uang hanya 6% dan Reksadana Pendapatan Tetap sekitar 10%.

Sekitar bulan puasa yang lalu, saya mendapat laporan keuangan bahwa Dana Pensiun sudah mencapai angka Rp 17 juta per Maret 2014, tepat pada tahun ketiga umur Dana Pensiun. Lumayan kan, dapat Rp 17 juta hasil iseng-iseng menabung Rp 100 ribu tiap bulan, 3 tahun yang lalu!  

Bayangkan jika 3 tahun yang lalu, uang ini saya investasikan pada reksadana saham dengan nilai return 20%, uang saya pasti akan berlipat-lipat hasilnya ;-)

Pay Yourself First.

Ketika dihadapkan dengan kata investasi, yang terbayang di benak kita kebanyakan adalah resikonya yang tinggi, membutuhkan modal besar, perlu pengetahuan dan pengalaman khusus. Kebanyakan dari kita malah harus menunggu dana terkumpul cukup besar baru bisa melakukan investasi.

Apakah Anda termasuk yang menunggu THR, bonus tahunan, gaji ke13 untuk berinvestasi? Jika iya, maka Anda termasuk dalam jenis manusia yang tak kunjung melakukan investasi untuk menyelamatkan masa depan. Padahal investasi tidak harus memiliki modal besar dan menguasai teori-teori keuangan yang rumit.  

Sebagian besar kita mengira investasi haruslah dalam jumlah yang cukup besar dan berasal dari dana sisa pengeluaran. Bagaimana jika pendapat itu dibalik?

Investasi dapat dilakukan bulanan secara rutin dan teratur. Jumlah yang kecil untuk memenuhi tujuan investasi juga merupakan cara yang cukup ampuh. Investasi bulanan harus dialokasikan terlebih dahulu sebelum dana itu dipakai untuk konsumsi (pay yourself first).

Untuk bisa meraih masa pensiun yang nyaman dan tidak menjadi beban bagi keluarga, maka Anda harus bisa untuk membayar diri Anda terlebih dahulu. Maksudnya, sebelum membayar berbagai tagihan dan cicilan hutang, usahakan untuk menyisihkan sekian % dari gaji untuk membayar biaya hidup Anda sendiri di masa mendatang. Berapa %, itu adalah pilihan Anda!

Berapa banyak jam yang seharusnya Anda berikan untuk diri sendiri tergantung dari seberapa kuat keinginan Anda untuk mewujudkan mimpi indah pensiun Anda.

Saya pribadi, membayangkan masa pensiun dengan melakukan hal-hal yang saya sukai, missal; travelling ke negara lain, menulis artikel, mengajar, ngopi dengan teman dan santai di rumah. Saya tidak ingin saat saya tua menjadi beban bagi anak-anak saya, saya ingin menjadi nenek yang tetap senang-senang bersama anak dan cucu, bisa terus berzakat dan berkurban setiap tahun, dan hidup dengan nyaman.   

Pada umumnya, seseorang menyisihkan 20% dari penghasilannya untuk Dana Pensiun. Ingat ya, penghasilan keseluruhan. Jadi harus jujur, berapa gaji dan tunjangan tiap bulan! ;-)

Karena tiap tahun, gaji kita naik, maka jumlah uang untuk diinvestasikan pun sebaiknya tiap tahun juga naik seiring pertambahan gaji kita.

Sebaiknya, Dana Pensiun diinvestasikan pada produk keuangan dengan potensi tingkat imbal hasil setidaknya 15% per tahun.

Jika kalian bertipe seperti saya, yang tidak bisa saving money, maka sebaiknya buat instruksi debit otomatis yang langsung memotong penghasilan Anda ke rekening Dana Pensiun pada tanggal yang sama dengan tanggal Anda menerima gaji.

Paksalah diri untuk menyisihkan penghasilan ke rekening Dana Pensiun. Jadi, sebelum membayar berbagai tagihan dan cicilan hutang, sebelum Anda menghabiskan seluruh gaji Anda, rekening Anda akan terlebih dahulu terpotong untuk Dana Pensiun Anda.

Anda boleh saja menghabiskan seluruh penghasilan Anda tiap bulan. Tapi pikirkanlah ini, “Tidakkah lebih menyenangkan jika di hari tua nanti kita hanya perlu mengisi waktu dengan pekerjaan yang kita cintai, tanpa perlu memikirkan bagaimana membayar tagihan bulan depan?”

Happy Investing!

Monday, August 11, 2014

Confession About My Money; Pipit Damayanti


Pipit Damayanti. Foto oleh @chechand.
August Winner” kita adalah saya sendiri. Nama saya Pipit. Saya lahir dan besar di Lampung, tepatnya 30 November. Saya berzodiak Sagitarius dan bershio Ayam.

Hampir seluruh hidup saya habiskan di Lampung, di sebuah kampung kecil bernama Pringsewu. FYI, saya muslim sejak lahir ;-) Sejak kecil saya disekolahkan di sekolah Katholik. Namanya juga tinggal di kampung, tidak banyak pilihan sekolah bagus. Saya memiliki teman yang sama dari TK hingga SMP, membosankan sekaligus menyenangkan. Seumur-umur, saya tidak pernah di bully di sekolah, karena semua senior adalah tetangga rumah ;-) Baru kemudian di SMA N 1 Pringsewu, saya mendapat beberapa teman yang sedikit berbeda.

Saat SMP, saya pernah ikut program study tour di sekolah, waktu itu kami diajak berkeliling UGM. Sepulang dari study tour, saya bilang pada orang tua, kelak saya ingin kuliah di UGM. Ide ini ditolak oleh orang tua, karena Bapak saya hanya pegawai rendahan, dianggap tidak mampu menyekolahkan anak hingga ke Pulau Jawa.

Tapi, saya itu anak yang keras kepala. Saya menolak berkompromi, saya bilang pada orang tua; “kalau saya tidak kuliah di UGM, mending tidak usah kuliah saja sekalian”. Kata ibu, dulu saya ditertawakan tetangga karena ide “ingin kuliah di UGM”. Saya baru tahu hal ini, bertahun-tahun kemudian setelah lulus cumlaude dari UGM.

Saya kuliah di Fakultas Hukum UGM. Setelah lulus, saya mencoba bekerja di Jogja. Kota Jogja tidak menawarkan banyak pekerjaan bergaji besar, tapi buat saya, itu lebih baik daripada kerja di kota asal tapi harus “menyogok”. Jadi, inilah saya sekarang, menjadi penghuni tetap kota Jogja. 

Berikut hasil obrolan singkat saya dengan diri sendiri ;-)

Kapan sih pertama kali dapat penghasilan dan uangnya untuk apa?

Penghasilan pertama itu pas jaman kuliah. Waktu itu, saya mengajar di beberapa Bimbel, bayarannya lumayan untuk standar UMR Jogja. Malah jika sedang menjelang SNMPTN, bayarannya bisa melebihi target yang saya bayangkan. Waktu itu dalam satu bulan, saya bisa dapat uang hingga diatas Rp 3 juta. Rasanya senang banget, karena hanya bermodal status “mahasiswa di kampus negeri” bisa dapat uang segitu banyaknya. Tentunya, itu kerja keras. Tiap hari kerja, bahkan sabtu minggu pun kerja. Mengajar sejak jam 07.00 WIB, pulang kerja sekitar jam 21.00 WIB. Saya bahkan dapat job hingga ke luar kota. Perjuangan bangetlah!

13 tahun yang lalu, tidak banyak pilihan buat mahasiswa untuk bekerja paruh waktu. Saya termasuk beruntung karena di beri kepercayaan mengajar di banyak kelas dan di banyak tempat. Bagian menyenangkannya, saya juga dapat tambahan teman tentor, yang ternyata dosen di kampus negeri. Jadi, sebenarnya, malah saya yang dapat banyak tambahan pelajaran.

Awalnya uang hasil mengajar untuk beli buku. Dulu jaman mahasiswa, saya suka sekali membeli buku. Kadang uang kiriman dari orang tua lebih banyak habis untuk membeli buku, daripada habis untuk makan. Biasanya di pertengahan bulan, saya sudah tidak punya uang sepeser pun. Maklumlah, karena keterbatasan ekonomi, orang tua tidak mengirimi saya banyak uang tiap bulan.  

Kalau sudah begitu, biasanya saya pinjam uang ke teman untuk biaya makan sampai akhir bulan. Lama-lama malu juga sama teman, makanya akhirnya mencari pekerjaan tambahan, ya karena tidak punya uang. Huahaha ;-)     

Waktu itu, saya juga punya penghasilan tambahan dari berdagang pulsa dan seprai, kadang kalau lagi musim wisuda saya jualan boneka buat cinderamata. Pokoknya apa ajah dilakukan biar dapat uang. Berdagangnya juga tidak ambil untung banyak, yang penting dagangan laris, saya sudah cukup senang ;-)

Saya juga dapat beasiswa, kadang ikut proyek penelitian dosen dan semacamnya, capek tapi menambah pengetahuan.

Pada akhirnya, uang yang saya hasilkan bisa untuk bayar kost, biaya makan sebulan, beli buku, jalan-jalan, beli kebutuhan perempuan kayak make up-baju-sepatu-tas. Standarlah, seperti keinginan anak muda yang lain. Tapi teteup, paling banyak habis untuk beli buku.

Dari uang penghasilan tersebut, berapa yang diinvestasikan?

Tidak ada! Huehehe ;-) Waktu itu belum kenal sama yang namanya Investasi. Uang bisa cukup satu bulan ajah udah Alhamdulillah. Tidak pernah berpikir yang namanya Investasi dan Menabung.

Jadi, kapan mulai kenal investasi?

Saya itu diterima jadi pegawai Desember 2008, mulai kerja awal tahun 2009. Sekitar tahun 2010, saya mulai berpikir untuk investasi. Penyebabnya sepele. Saya melihat teman-teman seumuran sudah mulai membeli tanah, mobil, dan mulai mencicil kredit rumah. Sedangkan saya kok masih belum punya apa-apa.

Waktu itu, saya mulai berpikir, bagaimana ya caranya, biar uang penghasilan saya tidak habis sia-sia. Saya mulai belajar tentang financial. Belajar otodidak. Sendirian. Makanya lambat. Tidak kunjung naik kelas. Huehehe ;-)

Pelajaraan pertama saya adalah berinvestasi dalam emas batangan. Pertama kali saya bisa membeli kepingan emas 25 gram. Tidak beberapa lama kemudian, saya ingin investasi dalam bentuk beras di koperasi simpan pinjam di kampung saya. Jadi, di koperasi tersebut, transaksinya tidak pakai uang, tapi beras. Kayak barter jaman dahulu kala. Nah, biar bisa ikutan tanam saham, emas saya gadaikan, uangnya saya gunakan untuk ikut investasi di beras.   

Sekitar awal tahun 2011, saya iseng datang ke Bank membuat Dana Pensiun. Setelah kenal yang namanya Dana Pensiun, saya mulai belajar menyimpan uang saya dalam bentuk ORI dan Sukri (Sukuk Ritel). Sistemnya pun sama, saya gadaikan emas biar uangnya bisa disimpan dalam bentuk ORI dan SUKRI. Lalu bunganya tiap bulan masuk rekening. Dari rekening, menggunakan system Autodebet, uang langsung masuk ke Dana Pensiun. Begitu tiap bulan hingga sekarang.

Belajar dari Dana Pensiun, kemudian saya kenal yang namanya Reksadana. Saya pun belajar sambil mencobanya secara langsung. Jadi, teori langsung praktik. Yang terakhir, setahun ini, saya mulai belajar tentang Investasi Saham. Saya juga ikutan investasi di kambing etawa. Pokoknya, apa saja saya coba pelajari. Semuanya belajar sendiri. Modalnya cuma nekat dan rajin baca buku ;-) 

Kalau sekarang, dalam sebulan, dari seluruh penghasilan berapa prosen masuk investasi?

Biasanya tiap awal bulan, saya menyisihkan 20% untuk Dana Pensiun, 20% untuk Reksadana, 20% untuk menebus emas yang saya gadaikan, 20% untuk jualan pulsa, 20% sisanya buat bayar kost, biaya makan, bensin, dan kebutuhan sehari-hari.

Kalau dapat honor dan uang tambahan, biasanya uang saya gunakan untuk tambahan menebus emas yang saya gadaikan. Kalau sisanya masih banyak, uang saya simpan di sekuritas. Kalau saham lagi turun, saya beli sebanyak-banyaknya, kalau harga lagi tinggi saham saya jual, nanti kan dapat untung dari trading. Uangnya lumayan buat tambahan.        

Punya tidak, hobby yang menguras tabungan?

Piknik! Huahaha ;-) Ini hobby yang bener-bener menguras uang. Setidaknya, dalam 1 tahun, saya merencanakan piknik ke satu negara dan satu daerah. Dan karena saya tipe solo traveling, biasanya menghabiskan dana yang cukup besar, karena apa-apa kan ditanggung sendiri.  

Kalau orang lain yang penghasilannya tiap bulan besar, mungkin tidak masalah piknik ke Luar Negeri tiap tahun. Tapi gaji saya kan standar. Jadi, sebenarnya ini adalah kegiatan yang imposible dan tidak masuk logika. Piknik itu kayak candu, susah disembuhkan! 

Karena saya tidak punya tabungan, biasanya tiap mau liburan, saya gadaikan emas. Setelah liburan panjang, kerja rasanya hanya untuk menebus emas yang tergadai. Huahaha ;-)

Dalam skala 1-10 dalam hal boros, kamu masuk yang mana?

10, sangat boros! Saya itu tipe yang sama sekali tidak bisa pegang uang. Berapapun uang yang bisa saya hasilkan hari itu, akan habis tidak tersisa pada hari itu juga. Buat saya, uang itu kayak angin, tidak bisa di genggam ;|

Selain untuk piknik, memang uangnya habis untuk apa saja?

Pengeluaran terbesar untuk Idul Fitri. Mulai dari tiket PP hingga oleh-oleh. Tapi, oleh-oleh-lah yang menghabiskan biaya paling banyak. Saya paling suka membelikan hadiah buat keluarga, mulai dari orang tua, keluarga inti, keponakan, sepupu, simbah, hingga pakdhe-budhe, paman-bibi, semua keluarga besar, saya belikan baju-sepatu-sarung baru buat lebaran. Kadang, hanya untuk biaya oleh-oleh, saya bisa menghabiskan hingga Rp 5 juta. Itu belum termasuk bagi-bagi angpao buat para keponakan ;-) Jadi, selain biaya piknik, biaya mudik paling menghabiskan uang.

Selain itu uang habis untuk kebutuhan standar anak muda; buat beli handphone, laptop, motor, nonton ke bioskop, mencoba restoran baru. Positifnya, saya tidak suka nge-mall, jadi tidak kecanduan belanja. Negatifnya, sekalinya saya suka sesuatu, saya harus beli tidak peduli berapapun harganya. 

Biaya untuk baju kerja juga menghabiskan banyak uang, dari seragam PSH, PSR, dan PSL saya punya hingga beberapa warna, lalu sepatu mulai dari model standar hingga high heels, setidaknya dari setiap model saya punya sepasang yang berwarna hitam, itu semua untuk keperluan kerja. 

Saya jarang ke salon, tapi beberapa produk kosmetik yang saya pakai harganya lumayan mahal, biasanya saya membeli jika ada honor tambahan. 

Saya juga menyisihkan sejumlah uang untuk berkurban. Saya usahakan tiap tahun, saya mampu berkurban. Agar tidak berat, uangnya saya bagi dalam 12 bulan. Jadi, tiap bulan saya menabung khusus untuk dana qurban, jika dalam satu bulan ternyata tidak bisa menabung, bulan depan harus bayar 2x lebih besar.

Kadang, dari kampung, saya sering diminta untuk menyumbang pembangunan pondok pesantren, misal mau menambah asrama baru atau membangun sumur bor baru. Walaupun honor saya tidak banyak, biasanya, untuk kegiatan kampung tetap saya prioritaskan diatas kebutuhan pribadi.

Kenapa tertarik membuat arisan emas?

Investasi dan menabung, jujur saja, menurut saya bukanlah kegiatan yang menarik. Berhemat tidaklah menyenangkan. Tapi menjadi harus, jika kita mengingat bahwa di masa depan ada banyak hal yang perlu kita siapkan.

Karena tidak menarik, makanya saya membuat arisan emas antam, agar orang-orang dalam kelompok arisan saling mengingatkan arti pentingnya berinvestasi. Kita sudah tiap hari kerja, tidak mau kan uangnya habis untuk hal sia-sia. Toh, kita tidak selamanya muda dan sehat, tidak selamanya juga bisa bekerja.

Rencananya kalau menang arisan, emasnya untuk apa?

Buat tabungan, buat jaga-jaga kalau butuh sesuatu yang darurat.

Bagaimana sih pengetahuanmu tentang dunia investasi?

Lumayan. Tidak pandai, tapi mau belajar. Dalam ukuran 1-10, saya masuk urutan 6, lumayan! ;-)

Saya belajar dan telah praktik tentang investasi emas, reksadana, saham, dana pensiun, tabungan dollar, ORI, SUKUK RITEL dan investasi tanah. Masih banyak perlu belajar, makanya arisan emas ini sengaja dibentuk tujuannya untuk share pengalaman investasi.  

Obsesi ke depan apa?

Dulu, saya punya obsesi untuk piknik ke banyak negri mumpung saya muda. Sungguh, saya ingin sekali mengunjungi tempat-tempat yang waktu saya kecil hanya bisa saya lihat di buku dan kalender. Lalu, obsesi saya berganti, saya ingin membeli tanah sebelum menikah. Sekarang, obsesi saya, ingin naik haji di usia muda. Pokoknya, mumpung badan masih muda, masih sehat, masih kuat, saya ingin sekali naik haji. Ya, didoakan saja diberikan yang terbaik oleh Tuhan. Amiin.

*Pipit Damayanti. August 2014. Pemenang ke-5 Arisan Emas Antam. Pemilik resmi blog pacarkecilku.blogspot.com. Selamat Berkenalan ;-)
 
© Copyright 2013 pacarkecilku